TUGAS
PORTOFOLIO I
Mata Kuliah : Membaca Komprehensif
NAMA
: HESTI MARNAHATI RAHAYU
NIM
: A.310110012
KELAS
: 2A
|
RESENSI
Identitas Buku
Judul :
Siti Nurbaya ( Kasih Tak Sampai )
Pengarang : Marah Rusli
Penerbit : Balai Pustaka
Cetakan : 44
Tahun Terbit : 2008
Seri BP : 575
Tempat Terbit : Jakarta
Tebal Buku : 334 halaman
Pelaku :
Siti Nurbaya, Samsulbahri, Datuk Maringgih, Baginda Sulaiman, dan
Sultan Mahmud.
Sinopsis
Sutan Mahmud Syah termasuk salah
seorang bangsawan yang cukup terkenal di Padang. Penghulu yang sangat
disegani dan dihormati penduduk disekitarnya itu, mempunyai putra bernama
Samsulbahri, anak tunggal yang berbudi dan berprilaku baik. Bersebelahan
dengan rumah Sutan Mahmud Syah, tinggal seorang Saudagar kaya bernama Baginda
Sulaiman. Putrinya, Sitti Nurbaya, juga merupakan anak tunggal keluarga
kaya-raya itu.
Sebagaimana umumnya kehidupan
bertetangga, hubungan antara keluarga Sutan Mahmud Syah dan keluarga Baginda
Sulaiman, berjalan dengan baik. Begitu pula hubungan Samsulbahri dan Sitti
Nurbaya. Sejak anak-anak sampai usia mereka menginjak remaja, persahabatan
mereka makin erat. Apalagi, keduanya belajar di sekolah yang sama. Hubungan
kedua remaja itu berkembang menjadi hubungan cinta. Perasaan tersebut baru
mereka sadari ketika Samsulbahri akan berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan
sekolahnya.
Sementara itu, Datuk Meringgih,
salah seorang saudagar kaya di Padang, berusaha untuk menjatuhkan kedudukan
Baginda Sulaiman. Ia menganggap Baginda Sulaiman sebagai saingannya yang
harus disingkirkan, di samping rasa iri hatinya melihat harta kekayaan ayah
Sitti Nurbaya itu. “Aku sesungguhnya tidak senang melihat perniagan Baginda
Sulaiman, makin hari makin bertambah maju, sehingga berani ia bersaing dengan
aku. Oleh sebab itu, hendaklah ia dijatuhkan,” demikian Datuk Meringgih
berkata. Ia kemudian menyuruh anak buahnya untuk membakar dan menghancurkan
bangunan, took-toko, dan semua harta kekayaan Baginda Sulaiman.
Akal busuk Datuk Meringgih
berhasil. Baginda Sulaiman kini jatuh miskin. Namun, sejauh itu, ia belum
menyadari bahwa sesungguhnya, kejatuhannya akibat perbuatan licik Datuk
Meringgih. Oleh karena itu, tanpa prasangka apa-apa, ia meminjam uang kepada
orang yang sebenarnya akan mencelakakan Baginda Sulaiman.
Bagi Datuk Meringgih kedatangan
Baginda Sulaiman itu ibarat “Pucuk dicinta ulam tiba”, karena memang hal
itulah yang diharapkannya. Rentenir kikir yang tamak dan licik itu, kemudian
meminjamkan uang kepada Baginda Sulaiman dengan syarat harus dapat dilunasi
dalam waktu tiga bulan. Pada saat yang telah ditetapkan, Datuk Meringgih pun
dating menagih janji.
Malang bagi Baginda Sulaiman. Ia
tak dapat melunasi utangnya. Tentu saja Datuk Meringgih tidak mau rugi. Tanpa
belas kasihan, ia akan mengancam akan memenjarakan Baginda Sulaiman jika
utangnya tidak segera dilunasi, kecuali apabila Sitti Nurbaya diserahkan
untuk dijadikan istri mudanya.
Baginda Sulaiman tentu saja tidak
mau putri tunggalnya menjadi korban lelaki hidung belang itu walaupun
sbenarnya ia tak dapat berbuat apa-apa. Maka, ketika ia sadar bahwa dirinya
tak sanggup untuk membayar utangnya, ia pasrah saja digiring polisi dan siap
menjalsni hukuman. Pada saat itulah, Sitti Nurbaya keluar dari kamarnya dan
menyatakan bersedia menjadi istri Datuk Meringgih asalkan ayahnya tidak
dipenjarakan.
Samsulbahri, mendengar peristiwa
yang menimpa diri kekasihnya itu lewat surat Sitti Nurbaya, juga ikut
prihatin. Cintanya kepada Sitti Nurbaya tidak mudah begitu saja ia lupakan.
Oleh karena itu, ketika liburan, ia pulang ke Padang, dan menyempatkan diri
menengok Baginda Sulaiman yang sedang sakit. Kebetulan pula, Sitti Nurbaya
pada saat yang sama sedang menjenguk ayahnya. Tanpa sengaja, keduanya pun
bertemu lalu saling menceritakan pengalaman masing-masing.
Ketika mereka sedang asyik
mengobrol, datanglah Datuk Meringgih. Sifat Meringgih yang culas dan selalu
berprasangka itu, tentu saja menyangka kedua orang itu telah melakukan
perbuatan yang tidak pantas. Samsulbahri yang tidak merasa tidak melakukan
hal yang tidak patut, berusaha membela diri dari tuduhan keji itu.
Pertengkaran pun tak dapat dihindarkan. Pada saat pertengkaran terjadi, ayah
Sitti Nurbaya berusaha datang ke tempat kejadian. Namun, karena kondisinya
yang kurang sehat, ia jatuh dari tangga hingga menemui ajalnya.
Ternyata ekor perkelahian itu tak
hanya sampai di situ. Ayah Samsulbahri yang merasa maluatas tuduhan yang
ditimpakan kepada anaknya, kemudian mengusir Samsulbahri. Pemuda itu terpaksa
kembali ke Jakarta. Sementara Sitti Nurbaya, sejak ayahnya meninggal merasa
dirinya telah bebas dan tidak perlu lagi tunduk dan patuh kepada Datuk
Meringgih. Sejak saat itu ia tinggal menumpang bersama salah seorang
familinya yang bernama Aminah.
Sekali waktu, Sitti Nurbaya
bermaksud menyusul kekasihnya ke Jakarta. Namun, akibat tipu muslihat dan
akal licik Datuk Meringgih yang menuduhnya telah mencuri harta perhiasan
bekas suaminya itu, Sitti Nurbaya terpaksa kembali ke Padang. Oleh karena
Sitti Nurbaya tidak bersalah, akhirnya ia bebas dari tuduhan. Namun, Datuk
Meringgih masih juga belum puas. Ia kemudian menyuruh seseorang untuk meracun
Sitti Nurbaya. Kali ini, perbuatannya berhasil. Sitti Nurbaya meninggal
karena keracunan. Rupanya, berita kematian Sitti Nurbaya membuat sedih ibu
Samsulbahri. Ia kemudian jatuh sakit, dan tidak berapa lama kemudian
meninggal dunia.
Berita kematian Sitti Nurbaya dan
ibu Samsulbahri, sampai juga ke Jakarta. Samsulbahri yang merasa amat
berduka, mula-mula mencoba bunuh diri. Beruntung, temannya, Arifin, dapat menggagalkan
tindakan nekat Samsulbahri. Namun, lain lagi berita yang sampai ke Padang. Di
kota ini, Samsulbahri dikabarkan telah meninggal dunia.
Sepuluh tahun berlalu. Samsulbahri
kini telah menjadi serdadu kompeni dengan pangkat letnan. Ia juga sekarang lebih
dikenal dengan nama Letnan Mas. Sebenarnya, ia menjadi serdadu kompeni bukan
karena ia ingin mengabdi kepada kompeni, melainkan terdorong oleh rasa
frustasinya mendengar orang-orang yang dicintainya telah meninggal. Oleh
karena itu, ia sempat bimbang juga ketika mendapat tugas harus memimpin
pasukannya memadamkan pemberontakan yang terjadi di Padang. Bagaimanapun, ia
tak dapat begitu saja melupakan tanah leluhurnya itu. Ternyata pemberontakan
yang terjadi di Padang itu didalangi oleh Datuk Meringgih.
Adapun Sutan Mahmud Syah, begitu
tahu bahwa Samsulbahri yang dikiranya telah meninggal beberapa tahun lamanya
tiba-tiba kini tergolek kaku menjadi mayat akhirnya pun meninggal dunia pada
keesokan harinya.
Biografi Pengarang
Marah Rusli sang sastrawa itu
bernama lengkap Marah Rusli bin Abu Bakar dilahirkan di Padang, Sumatra Barat
pada tanggal 7 Agustus 1889. Marah Rusli masih termasuk keluarga bangsawan
Pagaruyung. Ayahnya bernama Sultan Abu Bakar, adalah seorang bangsawan dengan
gelar Sultan Pangeran. Ayahnya bekerja sebagai demang. Ibunya berasal dari
Jawa dan keturunan Sentot Alibasyah, salah seorang panglima perang Pangeran
Diponegoro.
Marah Rusli mengawini gadis Sunda kelahiran Bogor pada tahun 1911. Mereka
dikaruniai tiga orang anak, dua orang anak laki-laki dan seorang anak
perempuan. Keterkenalannya Marah Rusli karena karyanya yaitu Siti Nurbaya
(roman) yang diterbitkan pada tahun 1920 sangat banyak dibicarakan orang,
bahkan sampai kini. Siti Nurbaya telah melegenda, wanita yang dipaksa kawin
oleh orang tuanya, dengan lelaki yang tidak diinginkannya.
Buku-buku karya Marah Rusli :
·
Siti
Nurbaya. Jakarta : Balai Pustaka 1920. Berhasil menempatkan diri sebagai
puncak roman dalam Sastra Indonesia Modern. Dan juga berhasil merebut hadiah
tahunan dalam bidang sastra, yang diberikan oleh pemerintah RI pada tahun
1969 dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Rusia.
·
La
Hami. Jakarta : Balai Pustaka. 1924.
·
Anak
dan Kemenakan. Jakarta : Balai Pustaka. 1956.
·
Memang
Jodoh (naskah roman dan otobiografis)
·
Tesna
Zahera (naskah Roman)
·
Novel
Terjemahannya: Gadis yang Malang (novel Charles Dickens, 1922).
Kiprahnya
Dalam Sejarah Sastra Indonesia
Marah Rusli tercatat sebagai
pengarang roman yang pertama dan diberi gelar oleh H.B. Jassin sebagai Bapak
Roman Modern Indonesia. Sebelum muncul bentuk roman di Indonesia, bentuk
prosa yang biasanya digunakan adalah hikayat.
Keunggulan Buku :
Novel ini bukan sekedar kisah
mengharukan dalam mengungkap dimensi-dimensi kompleks dari manusia menyangkut
cinta, kekejaman, dan kisah tragisnya. Dibawah hiruk pikuk kisah cinta yang
telah jadi legenda dan menjadi sebuah pergaulatan melawan Kolonialisme. Singkatnya
buku ini telah mengangkat
tema cinta yang kompleks. Sehingga kita
mendapatkan cerita yang lain dari biasanya.
Novel
ini menggunakan alur maju ,sehingga pembaca akan lebih mudah dalam mengikuti
jalan cerita novel tersebut. Dalam novel ini juga mengangkat nilai-nilai
kemanusiaan dan patriotisme. Tema yang diangkat mengenai perjodohan.
Kekurangan Buku :
Bahasa yang digunakan tidak mudah dipahami, sehingga
pembaca harus membaca berulang-ulang untuk memahami isi cerita tersebut
khususnya pada kalangan remaja.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar